Kala anak-anak termasuk dewasa sekalipun terpapar game, ada karakter positif dan negatif yang disadari
ataupun tidak terbentuk.
"Ketika game digunakan tepat untuk anak, ada karakter
positif yang terbentuk, positif dan negatif. Positifnya, pertama membuat anak
memiliki keingintahuan yang besar," ujar ahli psikologi anak, Firesta
Farizal MPsi, dalam acara peluncuran Game Anak Sholeh, di Jakarta, Rabu.
Efek positif lain, disiplin dan bertanggung jawab pada aturan yang sudah
disepakati, serta berkembangnya nilai-nilai positif yang terpengaruh dari
konten game.
"Misalnya tentang kejujuran, bertanggung jawab, menghargai orang lain, mau
membantu orangtua dan peduli terhadap lingkungan," tutur Farizal.
Dia mengatakan efek ini, tentu saja terjadi bila orangtua
terlibat mendampingi anak.
"Orangtua terlibat. Kalau orangtua tahu anaknya main apa, ngobrolnya bisa
makin banyak dan panjang. Orangtua perlu juga belajar memahami gawai dan
mendampingi anak saat menggunakan gawai," kata dia.
Namun, bayang-bayang karakter negatif juga bisa menyerang anak, misalnya
membuat anak cenderung ingin sesuatu yang mudah dan cepat.
"Mereka cenderung mudah menyerah dengan sesuatu yang butuh
"usaha" lebih. Kalau bermain puzzle dibutuhkan penekanan-penekanan,
kalau di gadget tinggal geser-geser layar," kata dia.
Selain itu, anak berisiko kurang peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya,
karena terlalu terpaku pada screen dan game yang mereka mainkan.
Karakter negatif
lainnya adalah berkembangnya nilai-nilai negatif yang terpengaruh dari konten
game.
"Ada risiko muncul materi tidak pantas untuk anak, risiko perundungan
siber, pengembangan nilai tidak sesuai misal game berantem-berantem terus,
muncul agresivitas, nilai komersialisme dan konsumerisme," kata dia.
Dia menyarankan selain mendampingi, orangtua juga perli memaksimalkan
penggunaan children-mode, restricted-mode dan filter pada gawai
untuk meminimalisir efek negatif game.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar